Anjing Kecil Lebih “Agresif” daripada Anjing Besar

Mengapa anjing kecil lebih agresif daripada anjing besar?

Kita semua berpikir anjing kecil cenderung lebih sering menggonggong dan menjengkelkan dibandingkan anjing besar, tapi apa ada bukti nyatanya?

Waktu Anda berjalan-jalan di taman, Anda juga melihat orang-orang yang bekerja sebagai dog walker yaitu mereka yang bertugas untuk berjalan-jalan dengan anjing-anjing milik orang lain.

Biasanya mereka berjalan-jalan dengan sekumpulan anjing, mulai dari yang berukuran besar sampai yang kecil. Mungkin Anda kadang-kadang berpapasan dengan anjing besar seperti Great Dane yang memimpin kumpulan anjing tersebut, tapi mungkin malah anjing kecil semacam terrier yang sering kali menyalak-nyalak.

Kami menanyakan para pembaca kami, jika mereka berpikir anjing berjenis ukuran kecil lebih agresif daripada jenis anjing yang besar.

Priyanka Habib berpendapat, “Semakin kecil anjing tersebut semakin keras (gonggongannya) dan semakin gila!”

Alan Clark memiliki penjelasan yang lain, “Saya rasa banyak anjing kecil menderita sindrom ‘anjing bertubuh kecil’. Anjing kecil saya berjenis Yorkie yang tidak mampu menghadapi anjing-anjing besar.”

Mudah untuk membayangkan kenapa ‘sindrom anjing kecil’ mungkin muncul.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Travis Souders, “Mereka sebenarnya tidak galak, tapi mereka tentunya lebih defensif. Nah, bagaimana perasaan Anda jika Anda bertubuh sangat kecil?”

Sindrom anjing kecil setara dengan sindrom pada manusia yaitu ‘Napoleon complex’, ketika seseorang yang bertubuh kecil berlagak ‘besar’ dengan cara mendominasi orang lain.

Mungkin ini berdasarkan intuitif, tapi penelitian menunjukkan fenomena tersebut adalah anekdot terbaik.

David Sandberg dari University of Buffalo di New York dan Linda Voss dari Peninsula Medical School di Plymouth, Inggris, meninjau ulang bukti dari Napoleon kompleks tersebut dalam sebuah studi yang diterbitkan pada 2002.

Mereka menyimpulkan, “(Adanya) adaptasi psikologi dari masing-masing individu yang bertubuh lebih pendek daripada ukuran rata-rata sebagian besar ukuran orang lain, apakah itu di masa kecil, masa remaja, atau dewasa.”

Namun, hasil penelitian yang nyata tentang (perilaku) manusia bukan berarti sama benarnya tentang hewan.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada 2012, para peneliti yang dipimpin oleh P. Andreas Svensson dari Universitas Linnaeus di Swedia melacak perilaku ikan yang dinamakan desert gobies (Chlamydogobius eremius).

Ikan desert gobies jantan menjaga sarang mereka, jadi para peneliti mengintrodusir hewan ‘penyelundup’ jantan yang mana harus diusir oleh sang ‘penghuni’ jantan.

Tim tersebut mendapati bahwa desert gobies jantan yang lebih kecil menyerang lebih dulu dan dengan intensitas lebih kuat dibandingkan desert gobies yang lebih besar.

Jadi, jika ikan desert gobies kecil dapat berperilaku lebih agresif daripada ‘saudara’ mereka yang lebih besar, apakah hal ini sama dengan anjing?

Memang ada jurang perbedaan antara spesies ikan dan anjing, tapi seperti yang dikatakan Paul Durnion, “Kita selalu melihat (perilaku) seperti itu di alam. Burung kutilang dan pipit mengganggu gagak dan elang. Puma mengusir beruang. Sudah bukan hal tidak biasa lagi.”

Chunyang Li berpendapat, “Anjing yang lebih kecil mungkin merasa takut dengan anjing yang lebih besar, jadi pertama-tama mereka selalu mencoba untuk menjaga diri (dengan) menunjukkan perilaku lebih galak.”

Dalam sebuah hasil riset pada 2013, Paul McGreevy dari Universitas Sydney di Australia dan timnya pergi untuk mencari tahu apakah ciri-ciri yang diperlihatkan anjing berhubungan dengan perilaku mereka.

Anjing adalah spesies yang bagus untuk dipelajari, “Karena bentuk tengkorak dan badan yang begitu beragam di antara jenis-jenis mereka,” tulis McGreevy. Timnya mencoba mencari tahu jika anjing-anjing yang memiliki kemiripan ciri-ciri fisik juga berperilaku serupa.

Mereka mendapati bahwa anjing-anjing lebih pendek memiliki tingkat lebih tinggi tentang ‘penyerangan langsung terhadap pemiliknya, meminta makanan, menandai wilayah teritorialnya dengan air kencing, dan mencari perhatian’.

Dengan kata lain, berdasarkan hasil penelitian satu ini, anjing-anjing berukuran lebih kecil benar-benar lebih agresif, setidaknya dalam situasi situasi tertentu.

Namun, data tersebut tidak memberi tahu kita alasannya mengapa.

Para peneliti menyimpulkan, “Tidak mungkin untuk menentukan dari data tersebut sejauh mana hubungan (perilaku) yang telah diamati ditentukan oleh genetika atau lingkungan.”

Memang mungkin bahwa anjing bertubuh lebih kecil memiliki kecenderungan menyerang, tapi ada banyak penjelasan potensial lainnya – yang sebagian besar berhubungan dengan cara manusia memperlakukan anjing.

“Masalah dengan anjing kecil datang dari para pemilik yang ‘menularkan’ kecemasan mereka kepada anjing,” kata Emmet Folens.

“Mereka berpikir karena anjing-anjingnya kecil maka mudah dilukai anjing-anjing yang besar, dan biasanya tidak membiarkan mereka bersosialisasi waktu mereka masih anak-anak anjing.”

Hayley Bayles berpikir bahwa sebagai gantinya, “para pemilik anjing-anjing kecil cenderung untuk ‘mengajari’ anjing-anjing mereka berperilaku agresif dengan memperlakukan mereka seperti bayi dan bukan anjing sebenarnya.”

Apakah hasil penelitian tersebut benar demikian?

Hasil riset McGreevy hanya menunjukkan korelasi antara ukuran dan keagresifan, bukan suatu hubungan absolut, ujar pakar perilaku anjing, Daniel Mills, dari Universitas Lincoln di Inggris. “Ukuran mungkin berpengaruh, tapi bukan berarti setiap anjing kecil itu kejam,” ucapnya.

Kita juga tidak memiliki informasi jelas mengenai jenis anjing mana yang paling suka menyerang.

“Dalam bacaan-bacaan mengenai anjing yang menggigit menunjukkan bahwa seseorang lebih cenderung melaporkan (kasus) gigitan anjing dari jenis German Shepperd daripada Jack Russell, karena cederanya lebih parah,” ujar Mills.

“Jadi, ada banyak ketidakpastian dari data yang ada,” tambahnya.

Saya bertanya-tanya, jika manusia mungkin yang bersalah, mungkin tidak disengaja membangkitkan perilaku-perilaku tertentu dari anjing-anjing kecil. Mills mengatakan kemungkinan seperti itu ada.

“Orang-orang merasa anjing-anjing yang bisa dimasukkan ke dalam tas tangan ini bagaikan barang,” katanya.

“Anjing-anjing kecil berstatus simbol sama halnya dengan anjing pit bull. Mereka tidak senang dibawa ke mana-mana di dalam tas dan hal ini berdampak pada perkembangan perilaku mereka,” sambungnya.

Nyatanya ada banyak hal yang kita lakukan berdampak pada perilaku anjing. “Orang-orang sering menyimpulkan dari prediksi-prediksi yang ada,” ujar Mills. “Jika perilaku-perilaku tertentu disangka ada pada seekor anjing, mungkin (kita) menjadi menerimanya,” tambahnya.

Kita bisa juga sedikit tidak menyadarinya, “Saat berinteraksi dengan anjing-anjing kecil, kita mungkin kurang waspada terhadap tanda-tanda awal keagresifan seperti tatapan mata mereka, sedangkan jika seekor anjing besar menatap (kita) dan diam di tempat, kita berpikir ‘saya tidak mau mendekatinya’,” kata Mills.

“Jadi, dari apa yang kita lihat pada anjing kecil, seperti geraman, membuat kita berpikir mereka lebih agresif daripada anjing yang lebih besar. Kenyataannya, keduanya cuma mengatakan ‘jangan dekat-dekat’.”

Tampaknya kebenarannya sedikit rumit. Ada bukti bahwa anjing kecil cenderung lebih galak dan mudah menyalak daripada anjing yang lebih besar.

Tapi, kemungkinan karena orang-orang yang berbeda perilakunya (terhadap anjing-anjing mereka), baik itu cara memelihara atau salah menafsirkan tindakan anjingnya.

Mungkin tak ada salahnya harus tetap ingat lain kali Anda bermain dengan seekor anjing Pomeranian.

sumber

Loading